Jasa Arsitek Jogja
Jasa Arsitek Jogja – Untuk mendirikan suatu bangunan, ataupun hunian rumah kamu memerlukan jasa Arsitek. Mengapa? Karena dengan menyewa jasa Arsitek kamu akan menguntungkan suatu bangunan. Dengan Desain yang ciamik, dan kamu dapat memilih atau menentukan rancangan mu sendiri dan di gambarkan sesuai kebutuhan mu. Sudah banyak bangunan yang di bangun menggunakan jasa Arsitek, salah satunya berada di jogja. Ya, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Siapa yang tidak mengetahui kota pelajar ini? Banyak sekali bangunan – bangunan yang terlihat estetik dan mempunyai nilai – nilai sejarahnya di sini.
Arsitektur bangunan yang tumbuh dan berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terwujud pada peninggalan arsitektur bangunan pada masa Mataram Kuno, peninggalan arsitektur bangunan masa awal Mataram Islam ialah Kotagede, Pleret, dan Kerta, peninggalan arsitektur bangunan Kraton Yogyakarta, serta peninggalan arsitektur bangunan pada Masa Kolonial. Tak hanya hunian rumah di yogya yang ciamik tetapi bangunan bersejarah nya juga memiliki filosofi tersendiri, mari kami jelaskan beberapa;
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang sekarang beralokasikan di Kota Yogyakarta. Istana ini di dirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I pada tahun 1755 sebagai Istana/Keraton Yogyakarta yang baru berdiri akibat perpecahan Mataram Islam dengan adanya Perjanjian Giyanti. Bangunan Keraton ini di katakana sebagai pecahan dari Keraton Surakarta Hadiningrat dari Mataram Islam Surakarta (Kerajaan Surakarta). Total luas wilayah keseluruhan keraton Yogyakarta ini mencapai 144 hektar, yakni meliputi seluruh area di dalam benteng Baluwarti, alun-alun Lor, alun-alun Kidul, gapura Gladak, dan kompleks Masjid Gedhe Yogyakarta. Sementara luas dari kedhaton atau Inti Keraton yaitu mencapai 13 hektar.
Arsitek keraton ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya di dalam bidang arsitektur di hargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang menganggapnya sebagai “arsitek” dari saudara Pakubuwono II Surakarta. Bangunan utama dan desain dasar tata ruang dari keraton di gambar dengan desain dasar lanskap kota tua Yogyakarta. Pembangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di selesaikan pada tanggal 7 Oktober 1756 menurut penanggalan Masehi atau 13 Sura 1682 menurut kalender Jawa. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta selanjutnya. Bentuk istana yang terlihat sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang di lakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun 1921-1939).
Stasiun Yogyakarta
Satsiun Yogyakarta atau lebih di kenal dengan Stasiun Tugu, adalah stasiun kereta api kelas besar yaitu tipe A yang terletak di Sosromenduruan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta pada ketinggian mencapai +113 meter yang berjarak 387 km sebelah timur dari Stasiun Bandung. Stasiun Yogyakarta ini terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu emplasemen utara dan selatan, juga memiliki dua pintu masuk dan keluar, yaitu pintu Utama yang menghadap Jalan Margo Utomo – Jalan Pangeran Mangkubumi, termasuk wilayah Kelurahan Gowongan, Kemantren Jetis hanya untuk keberangkatan kereta api antarkota, sedangkan pintu selatan menghadap Jalan Pasar Kembang – wilayah kelurahan Sosromenduruan, Kemantren Gedongtengen yang di khususkan untuk keberangkatan dan kedatangan layanan kertea Bandara Internasional Yogyakarta, kerte api lokal, dan KAI Commuter, serta kedatangan penumpang kereta api antarkota saja. Stasiun ini Mempunyai bangunan yang khusus untuk loket pada pintu selatan.
Bank Indonesia
Di buka pada tanggal 1 April 1879, Kantor Bank Indonesia Yogyakarta sebagai kantor cabang De Javasche Bank ke-8 di bangun di atas tanah hak milik sendiri (Eigendom). Pendiriannya terutama untuk mengakomodasi usulan perusahaan yang mempunyai kepentingan bisnis di daerah yogya yaitu Firma Dorrepal serta Co. Semarang. Usulan itu langsung di sambut baik oleh direksi serta dewan komisaris pada saat itu. Bertumbuh kembangnya berbagai sarana dan fasilitas usaha swasta di kota Yogyakarta di perlihatkan pada era leberealisasi yang semakin kondusif kondisi social ekonomi pasca – perang Di Ponegoro atau Perang Jawa pada tahun 1825 – 1830.
Bangunan Bank Indonesia menghadap ke arah utara dan berada di selatan Jalan Panembahan Senopati. Bangunan ini terdiri dari dua tingkat dan satu basement. Arsitektur yang terlihat pada bangunan ini ialah menunjukkan ciri Arsitektur Eropa. Sebagia seorang perancang bangunan yang berasal dari Brio Arsitek N.V. Architecten – ngenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed. Cuypers te Amsterdam yang di bangun pada tahun 1910 oleh Eduard Cuypers dan Marius J. Hulswit bersama A.A. Fermont. Biro Arsitek tersebut sudah banya merancang bangunan -bangunan milik De Javasche Bank. Karakteristik pada bangunan dapat di kategorikan menurut periode atau konteks zamannya. Corak arsitektur pada awal di bentuknya bank ini ialan menggunakan desain indisch empire.
Di Antara Dua Gerbang (Between Two Gates)
Di antara dua gerbang adalah salah satu tempat pemukiman khas kotagede di mana Sebagian rumah penduduknya di bangun dalam satu perkarangan dengan satupintu gerbang, seperti cluster. Lingkungan pemukiman seperti sebuah rumah besar yang di tempati oleh satu keluarga dengan sikap kerukunan dan gotong royong yang tinggi. Secara singkatnya, Between Two Gates atau lebih di kenal dengan Di antar dua gerbang ini ialah sebuah lingkungan kecil dari pemukiman yang bersifat resmi tertutup dengan di apit oleh gerbang – gerbang pada kedua ujungnya. Penamaan Between Two Gates tidak jauh dari campur tangan sekelompok peniliti arsitektur pada tahun 1986 lalu kemudian menjadi popular di kalangan masyarakat Kotagede. Di namakan demikian, karena rumah – rumah yang ada di sana di bangun berbanjar dari timur ke barat dan saling berhadapan ke arah utara dan selatan.
Tidak sekedar nama nya yang uni namun bangunan fisiknya sama uniknya, Between Two Gates juga menggambarkan suasana lingkungan social dan budaya di tempat itu. Di tiap bangunan nya mempresentasikan kerukunan antar warga nya. Terdapat juga pilar penyangga yang di sebut dengan bahu dayang. Karena mempunyai bentuk seperti bahu seseorang yang sedang menyangga beban di atasnya. Bahu dayang dapat kita temui di rumah – rumah joglo yang ada di Kotagede. Ada yang mengatakan kalau bahu dayang di gunakan untuk menolak bala. Tetapi, dalam hasil kajian arsitek di katakana bahwa bahu dayang di gunakan hanya sebagai peyangga bangunan saja. Lokasi cagar budaya ini berada di Kampung Alun-alun, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tertarik? Itulah beberapa tempat yang memiliki arsitektur yang ciamik dan di jadikan tempat wisata di Jogja. Kamu tertarik datang dan melihat secara langsung bagaimana struktur bangunan nya? Mungkin ini juga bisa menjadi referensi kamu jika menginginkan bangunan atau rumah mu memiliki nuansa keraton yang ada di jogja. Dan jika kamu ingin mengkonsultasikan rancangan suatu bangunan, kamu dapat menghubungi Tubagus Kencana Arsitek.
Segera Hubungi Kami di
Contact Person :
Whatsapp : 0852-8961-4804
Website : tubaguskencanaarsitek.co.id
Facebook : Tubagus Kencana Arsitek
Instagram : tubaguskencanaarsitek
Youtube : Tubagus Kencana Arsitek
Baca juga: